Semarang, Beritasatu.com - Calon petahana Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama wakilnya Hevearita mengikuti debat publik perdana Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang tahun 2020 di Hotel Patra Jasa Semarang, Rabu (18/11/2020).
Hendi, sapaan akrabnya, mengaku tidak kesulitan menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan.
Menurutnya, semua hal yang ditanyakan sudah masuk dalam rencananya ke depan, sebagaimana garis besarnya telah dicatatkan dalam visi misi pasangan Hendi-Ita yang diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Visi misi kami kan memang berkesinambungan ya, dulu 'Semarang Hebat', sekarang 'Semarang Semakin Hebat'. Jadi, saya rasa semua yang ditanyakan ini sebagian besar sudah kami rencanakan dalam pola pembangunan ke depan," ungkap Hendi.
Dalam debat publik tersebut, Hendi sempat mengkoreksi beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Salah satunya ketika Hendi ditanya terkait angka putus sekolah yang dianggap tinggi, merujuk pada angka rata-rata lama sekolahdi Kota Semarang sebesar 10,67 tahun. Ia langsung menyanggah pertanyaan tersebut.
Hendi mengatakan, pertanyaan tersebut seharusnya merujuk pada angka harapan lama sekolah, dan bukan menggunakan angka rata-rata lama sekolah.
"Rata-rata lama sekolah itu perhitungannya berdasarkan penduduk di atas usia 25 tahun. Jadi, saya rasa ini nggak pas, karena usia-usia jauh di atas kita juga menjadi pembagi. Yang tepat harusnya melihat dari harapan lama sekolah, yang mana di Kota Semarang sudah mencapai 15,51 tahun, dan pasti sudah melampaui wajib belajar 12 tahun," jelas Hendi.
Hendi juga menyanggah pertanyaan lainnya terkait tagline "Semarang Variety Of Culture" dalam kaitan mengekspresikan kearifan lokal. Hendi pun tak ingin menanggapi pertanyaan tersebut karena dirasa bukan bagian dari tagline yang diusungnya.
Ia menekankan bahwa tagline yang diusungnya bersama Ita sebagai wakil pada periode lalu adalah "Semarang Hebat", yang dilanjutkan menjadi "Semarang Semakin Hebat".
"Saya dengan Mbak Ita dari 2016, kemudian saya pernah menjadi wakil wali kota dari tahun 2010. Saya tidak pernah menggunakan tagline 'Semarang Variety Of Culture'. Sehingga kami tidak menjawab, meskipun keberagaman di Semarang ini luar biasa, tapi branding sebuah kota tidak bisa hanya sebagai gagah-gagahan, harus benar-benar mewakili karakter masyarakat," tegas Hendi.
Total 19 pertanyaan dilemparkan kepada Hendi-Ita, baik dari tim pakar, masyarakat serta tim panelis.
Adapun tim panelis terdiri dari Rektor Universitas Diponegoro Yos Johan Utama, Rektor Universitas PGRI Semarang Muhdi, Rektor Unika Soegijapranata Semarang Ridwan Sanjaya, Wakil Rektor IV Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Retno Mawarini Sukmariningsih, dan Ketua PWM Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir.
Sumber: BeritaSatu.com