Jakarta, Beritasatu.com - Sekelompok lelaki anggota Khilafatul Muslimin, sebagian berbaju dan berjaket hijau, berkonvoi dengan motor. Sebagian dari mereka mengibarkan bendera bertulisan huruf Arab. Sebagian lainnya menyertakan poster di kendaraan mereka yang isinya menyambut bangkitnya khilafah islamiyah.
Rombongan ini sempat berhenti membagikan selebaran berisis mengenai kekhilafahan kepada warga yang melintas.
Pemandangan tak biasa itu terekam dan viral di media sosial. Identitas mereka tertera pada salah satu poster. Mereka adalah kelompok Khilafatul Muslimin Wilayah Jakarta Raya.
Polda Metro Jaya merespons dengan mengerahkan tim khusus untuk menyelidiki konvoi di Jalan Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (29/5/2022) tersebut.
Konvoi beratribut khilafah, kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan, tidak dapat dibenarkan.
“Indonesia tidak menganut sistem khilafah," katanya, Senin (30/5/2022).
Sehari kemudian, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menyebut, kelompok Khilafatul Muslimin sama bahayanya dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Negara Islam Indonesia (NII) dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) karena mengampanyekan tegaknya sistem khilafah.
Berikutnya, giliran Zulpan memaparkan bahwa para peserta konvoi diduga membangkitkan rasa kebencian masyarakat terhadap pemerintah yang sah. Hal ini dapat dilihat melalui atribut-atribut yang dibawa para peserta konvoi.
Publik barangkali saat itu bertanya-tanya kelompok apakah Khilafatul Muslimin, mengingat selama ini geliatnya tidak setenar FPI atau HTI.
Sebaliknya, keberadaan kelompok itu bagi institusi penegak hukum seharusnya bukan hal baru. Mustahil polisi tidak tahu kelompok yang berdiri sejak 1997 ini.
BNPT, seperti diungkapkan Nurwakhid, pun sudah mengidentifikasi kelompok ini.
Bahkan seorang sipil, Ken Setiawan, juga sudah tahu seluk beluk Khilafatul Muslimin jauh sebelum video konvoi kelompok itu viral di media sosial.
Ken adalah mantan anggota NII yang kemudian mendirikan NII Crisis Center.
Ia bicara soal Khilafatul Muslimin, ketika Densus 88 Antiteror Polri menangkap seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang, Senin (23/5/2022).
Mahasiswa bernama Ilham Alfarizi ditangkap atas dugaan perannya sebagai pengumpul dana untuk membantu kelompok Daulah Islamiah ISIS di Indonesia.
Ilham juga mengelola media sosial dalam rangka penyebaran materi-materi ISIS serta berkomunikasi secara intens dengan tersangka dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atas nama MR yang sudah diringkus Densus 88 sebelumnya.
Ilham berasal dari Lampung, daerah yang oleh Ken Setiawan disebut punya kampung khilafah yang masyarakatnya antidemokrasi.
Karena itu Ken tidak kaget bila ada mahasiswa dari Lampung yang terpapar paham radikalisme dan terorisme. Kampung khilafah yang disebutkan Ken ada di Kabupaten Lampung Selatan.
“Peta gerakan radikalisme di Lampung sudah mengkhawatirkan. Mereka antidemokrasi. Bahkan, di Kota Bandar Lampung mereka ada di setiap kecamatan dan menguasai beberapa masjid sebagai basis pergerakan mereka,” ujar Ken.
Bila Ken bisa mengendus sejauh itu, mestinya aparat di tingkat daerah maupun pusat lebih tahu mengenai keberadaan Khilafatul Muslimin.
Pada kenyataannya, kelompok ini baru dipersoalkan ketika beberapa anggotanya berkonvoi. Padahal sejak berdiri, Khilafatul Muslimin di bawah pimpinan Abdul Qadir Baraja sudah berkembang sedemikian rupa.
Halaman: 1234selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com