Kabul, Beritasatu.com- Pemerintah Taliban di Afghanistan menyatakan upaya penyelamatan hampir selesai pada Kamis (23/6/2022), satu hari setelah gempa menewaskan 1.000 orang.
"Operasi penyelamatan telah selesai, tidak ada yang terjebak di bawah puing-puing," kata Mohammad Ismail Muawiyah, juru bicara komandan militer Taliban di provinsi Paktika yang paling parah dilanda bencana, kepada Reuters.
Hal serupa dikatakan Mohammad Nassim Haqqani, juru bicara kementerian bencana. Dia mengatakan operasi penyelamatan telah selesai di distrik-distrik utama tetapi masih berlanjut di beberapa daerah terpencil.
Seperti dilaporkan Xinhua, gempa berkekuatan 6,1 magnitudo melanda Rabu pagi sekitar 160 km tenggara Kabul, di pegunungan gersang yang dipenuhi pemukiman kecil di dekat perbatasan dengan Pakistan.
Komunikasi yang buruk dan kurangnya jalan yang layak menghambat upaya bantuan. Afghanistan sudah lama bergulat dengan krisis kemanusiaan yang memburuk sejak Taliban mengambil alih Agustus lalu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan pada hari Kamis bahwa kementerian pertahanan Taliban telah mengindikasikan pada Rabu bahwa 90 persen operasi pencarian dan penyelamatan telah selesai.
Dua pensiunan perwira di Nepal yang terlibat setelah gempa tahun 2015 yang menewaskan 9.000 orang mengungkapkan keterkejutannya bahwa operasi penyelamatan bisa hampir selesai begitu cepat. Namun satu perwira mencatat bahwa jika sebagian besar rumah yang rusak kecil, hal itu mungkin terjadi.
Gempa tersebut menewaskan sekitar 1.000 orang dan melukai 1.500 orang, kata Muawiyah. Lebih dari 3.000 rumah hancur.
Menurut data pemerintah Amerika Serikat (AS), jumlah korban tewas menjadikannya gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade.
"Sekitar 1.000 orang telah diselamatkan pada Kamis pagi, Sharafat Zaman," kata juru bicara kementerian kesehatan mengatakan kepada Reuters.
"Bantuan sudah sampai ke daerah dan terus berlanjut tapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi," katanya.
Kota Gayan, dekat dengan pusat gempa, mengalami kerusakan signifikan dengan sebagian besar bangunan berdinding lumpur rusak atau runtuh total, kata tim Reuters.
Kota itu, dengan hanya jalan yang paling sederhana, ramai dengan tentara Taliban dan ambulans ketika sebuah helikopter yang membawa pasokan bantuan mendarat di dekatnya, menimbulkan pusaran debu yang besar. Sekitar 300 orang duduk di tanah menunggu pasokan.
Operasi penyelamatan itu akan menjadi ujian besar bagi kelompok Islam garis keras Taliban, yang mengambil alih saat pasukan internasional pimpinan AS mundur setelah dua dekade perang.
Menurut pejabat bantuan, situasi kemanusiaan telah memburuk secara mengkhawatirkan sejak pengambilalihan Taliban. Negara itu terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com