Kolombo, Beritasatu.com- Sri Lanka tidak punya bahan bakar minyak (BMM) selama beberapa hari ke depan. Seperti dilaporkan Arab News, Kamis (19/5/2022), Menteri Energi Kanchana Wijesekera mengatakan kepada Parlemen bahwa bahan bakar tidak akan tersedia setidaknya untuk beberapa hari lagi.
Sebagian besar penduduk Kolombo memilih tinggal di rumah pada Kamis (19/5). Mereka tidak dapat mencapai tempat kerja atau mengantar anak-anak mereka ke sekolah, karena Sri Lanka yang dilanda krisis kehabisan bahan bakar.
Pompa bensin telah mengering, namun banyak orang masih mengantre dengan harapan dapat mengisi bahan bakar kendaraan mereka.
"Ketika Anda tidak punya pilihan, apa yang harus dilakukan?" kata Chamin Tilakkumara, yang kendaraan roda tiganya diparkir dalam antrean di Flower Road di bagian makmur Kolombo selama dua hari.
“Saya punya enam mulut untuk diberi makan di rumah, jadi jika saya tidak melakukan ini, bagaimana kita akan mengaturnya?”
Kepada Arab News, Milani Perera, warga Kolombo lainnya, mengaku berjuang untuk kembali ke rumah setelah sebagian besar transportasi umum kota terhenti.
“Saya berdiri selama lebih dari satu jam di tengah hujan dengan dua anak kecil dan tidak ada cara untuk pulang. Saya menangis ketika orang asing memutuskan untuk memberi kami tumpangan di dekat rumah saya. Saya sangat berterima kasih, tetapi saya tidak ingin keluar lagi,” katanya.
Sejak pengumuman kehabisan BBM, Kementerian Pendidikan menangguhkan sekolah. Sri Lanka menghadapi kekurangan tidak hanya bahan bakar, tetapi juga makanan dan obat-obatan, karena defisit anggarannya naik menjadi US$ 6,8 miliar (Rp 99,7 triliun), atau 13 persen dari produk domestik bruto.
Krisis tersebut telah memicu demonstrasi yang meluas di seluruh negeri sejak Maret, dengan pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa dan keluarganya.
Mahinda Rajapaksa, kakak laki-laki presiden, mundur sebagai perdana menteri pekan lalu, setelah bentrokan antara pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa menewaskan sembilan orang dan melukai hampir 300 orang.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang ini telah membayar utangnya karena berjuang dengan krisis keuangan terburuk dalam lebih dari 70 tahun. Masa tenggang negara untuk membayar US$78 juta (Rp 1,14 triliun) dari pembayaran bunga yang belum dibayar sudah berakhir pada Rabu.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang menjabat pekan lalu, mengatakan pada hari Senin bahwa cadangan devisa Sri Lanka hampir tidak ada dan negara itu sangat membutuhkan US$ 75 juta juta (Rp 1,1 triliun) dalam valuta asing untuk membayar impor penting.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com