Jakarta, Beritasatu.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan kaji cepat pascagempa magnitudo 6,2 yang mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) lalu. Hasil kajian ini disampaikan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pembangunan wilayah pascabencana.
Kepala Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT, M Ilyas mengatakan, secara histori, gempa di Sulbar pernah terjadi pada 1967, 1969, dan 1984 yang diikuti tsunami. Kaji cepat pascagempa yang dilakukan BPPT memetakan berbagai hal salah satunya
melihat kemungkinan potensi longsoran dengan menganalisis data Radar InSAR. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi land deformation sekitar 10-30 mm di sepanjang pesisir pantai Mamuju, Sulbar.
"Adanya potensi tsunami kecil sampai sedang harus diantisipasi akibat terjadinya longsoran akibat aktivitas gempa di Sulbar," katanya di Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Untuk menguatkan analisis data awal land deformation dari data radar, perlu dilakukan survei bathimetri detail sepanjang pesisir data Sulawesi Barat dengan menggunakan Teknologi Multibeam KR Baruna Jaya III atau Baruna Jaya I.
Menurutnya, kajian pascagempa ini akan dijadikan masukan terhadap rehabilitasi dan rekonstruksi yang harus berpedoman pada data rinci.
Sumber: Suara Pembaruan