Jakarta, Beritasatu.com - Indonesia dikenal sebagai negeri rawan bencana. Untuk memperkuat dan mempertajam sistem peringatan dini bencana (early warning system) pemanfaatan teknologi unggul diperlukan. Salah satunya melalui kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun meluncurkan prediksi bencana berbasis kecerdasan artifisial (Peka).
Peluncuran Peka ini dilakukan bersamaan dengan diresmikannya pusat informasi kecerdasan artifisial berbasis kecerdasan buatan milik BPPT. Pada tahap awal, Peka digunakan untuk memprediksi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) atau Peka Api dan tsunami.
Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan, BPPT telah membangun sistem berbasis AI untuk memprediksi potensi tsunami saat terjadi gempa. Selain itu, BPPT juga membangun prediksi potensi karhutla agar bisa dilakukan upaya mitigasi dan pencegahannya.
"Kedua sistem ini sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang cepat, akurat untuk meminimalisir dampak dan menghindari terjadinya bencana," katanya dalam acara outlook BPPT 2021 secara virtual di Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Hammam menambahkan, Peka memberikan rekomendasi terhadap sebuah data dan kejadian yang dibangun menggunakan time series. Harapannya, Peka bisa membantu mempercepat proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan peringatan dini tsunami yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Peka tsunami merupakan sistem prediksi tsunami, waktu tempuh, lokasi dan ketinggian gelombang. Sistem tersebut akan mengeluarkan prediksi tsunami jika terjadi gempa bumi dengan skala tertentu pada wilayah tertentu.
Sistem itu juga memberikan prediksi waktu tempuh, lokasi tertentu di sepanjang pantai, dan perkiraan tinggi gelombang (run-up) pada saat mencapai daratan.
Peka tsunami terbagi menjadi dua sub sistem. Pertama, kecerdasan artifisial untuk memprediksi akan terjadinya tsunami jika terjadi gempa.
Peka tsunami ini memerlukan data sejarah gempa dan tsunami yang cukup panjang. Data gempa dari berbagai sumber seperti Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) BMKG serta data katalog kejadian tsunami digabung untuk membangun model kecerdasan artifisial ini.
Model yang dihasilkan akan digunakan untuk memprediksi tsunami jika memperoleh informasi gempa yang berisi gempa skala tertentu dan lokasi tertentu.
Kedua, kecerdasan artifisial untuk memprediksi waktu tempuh dan tinggi gelombang tsunami di sepanjang pantai. Sistem kecerdasan artifisial itu menggunakan data simulasi model tsunami di seluruh wilayah Indonesia.
Peka tsunami dibangun berbasis machine learning dengan menggunakan berbagai parameter penyebab terjadinya tsunami. Selain itu juga didukung sensor buoy, cable based tsunameter (CBT), dan parameter lain.
Sistem itu diharapkan menjadi bagian penting dalam proses kemandirian teknologi kebencanaan untuk penguatan dan pembangunan sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dalam program InaTEWS sampai dengan tahun 2024.
Sementara itu, Peka Api merupakan sistem prediksi kebakaran hutan dan lahan yang mencakup prediksi untuk periode delapan harian dan satu bulan ke depan.
Sistem itu juga menggunakan machine learning dan memberi rekomendasi untuk pembuatan keputusan peringatan dini terhadap risiko karhutla di suatu wilayah.
Sistem ini memiliki hyperparameter input dengan menggunakan citra satelit, sensor lapangan, dan parameter lainnya. Peka Api juga melakukan pemantauan devegetasi hutan dan lahan. Selain itu BPPT juga mengembangkan sistem prakiraan tinggi muka air tanah lahan gambut berbasis kecerdasan artifisial. Hasil prakiraan tersebut menjadi dasar rekomendasi mitigasi karhutla.
Dengan informasi tersebut dapat dijadikan rekomendasi upaya teknologi modifikasi cuaca yakni pembasahan lahan gambut.
Keputusan
Kepala Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT, Widjo Kongko, juga menyebut, sistem Peka tsunami ini diharapkan dapat memperkuat EWS yang sudah dibangun. Dalam hal gempa dan tsunami mendukung peringatan dini BMKG.
"Peka tsunami ini dapat memberi informasi dan rekomendasi yang menjadi bagian penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang sangat singkat," ucapnya.
AI ini akan diberi banyak pelajaran dan parameter gempa dan tsunami. Pelatihan tersebut akan membuat peringatan semakin akurat.
Hammam juga menyebut AI yang dikembangkan ini sebagai bagian dari upaya beradaptasi dalam revolusi industri 4.0.
Dalam kesempatan itu, BPPT berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi di tengah iklim transformasi digital. Untuk inovasi di tengah pandemi, BPPT pun akan melakukan bakti inovasi lab mobile BSL-2 untuk mendukung pemeriksaan atau testing.
Sumber: Suara Pembaruan