Yogyakarta, Beritasatu.com - Berdasar data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar 36 kali dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter ke barat daya, pada Minggu (17/1/2021) pukul 00:00 hingga 06:00 WIB.
Selama periode pengamatan itu, Merapi juga mengalami 43 kali gempa guguran, sedang pada Sabtu (16/1/2021) terjadi luncuran awan panas sebanyak dua kali yang mengarah ke Barat Daya.
Dengan demikian, BPPTKG menyatakan jika ancaman potensi maupun daerah bahaya Gunung Merapi mengalami perubahan, yakni sepanjang alur sungai di sisi Barat Daya.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan perubahan potensi ancaman maupun daerah bahaya Gunung Merapi membuat BPPTKG memperbarui rekomendasi bahaya Gunung Merapi. Hal tersebut mengindikasikan masyarakat yang berada di luar potensi ancaman maupun daerah bahaya Gunung Merapi diperbolehkan untuk pulang.
Agus menegaskan masyarakat yang berada di luar wilayah bahaya yang direkomendasikan oleh BPPTKG tidak lalai. Artinya, masyarakat juga dimintanya untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Lebih lanjut, berdasarkan catatan dari BPPTKG, saat ini terjadi perubahan rekomendasi potensi dan daerah bahaya Merapi. Potensi bahaya saat ini mengarah ke sektor Barat Daya dan Selatan dengan lima alur sungai yang berhulu di Merapi.
Agus menjelaskan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. Sedangkan, potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Masyarakat yang berada di luar wilayah bahaya Gunung Merapi diperbolehkan untuk pulang, sementara masyarakat yang berada di wilayah bahaya, diharapkan bisa beradaptasi dengan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Gunung Merapi mulai memasuki fase erupsi baru, yakni erupsi 2021 sejak 4 Januari 2021.
Hal itu ditandai dengan teramatinya api diam dan lava pijar yang muncul di dasar Lava 1997.
Menanggapi hal itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan, hingga saat ini belum ada kebijakan dari BPBD DIY untuk memulangkan warga yang mengungsi di sekitar Gunung Merapi.
Pihaknya akan memantau terlebih dahulu perkembangan aktivitas Merapi dalam empat hari ke depan, setelah itu akan segera memutuskan membuat kebijakan selanjutnya.
Dikatakan, 328 pengungsi masih diminta untuk tetap bertahan di barak pengungsian Glagaharjo.
Terpisah, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan mengatakan, pengungsi yang terdiri dari kelompok rentan asal Kalitengah Lor, bermukin di radius lima (5) kilometer atau masih masuh daerah berbahaya erupsi Merapi, karenaitu, belum ada rencana memulangkan pengungsi.
Dikatakan, wilayah sisi barat daya maupun sisi selatan yang masuk dalam ancaman bahaya Gunung Merapi sebanyak tiga dusun yakni dusun Tunggularum, desa Wonokerto, dusun Ngandong Tritis, desa Girikerto, Kecamatan Turi Sleman dan dan dusun Turgo, desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem Sleman.
Makwan menyebutkan, saat ini sedang dilakukan pendataan warga di jalur Barat Daya. Menurutnya Dusun Turgo yang dihuni sebanyak 182 kepala keluarga, dengan 492 jiwa, dusun Ngandong Tritis 243 KK dengan 461 jiwa, berjarak sekitar 6,5 kilometer dari puncak Gunung Merapi, sedang Tunggularum jaraknya 7,5 kilometer, dihuni 195 KK dengan 707 jiwa.
Sumber: BeritaSatu.com