Medan, Beritasatu.com - Rencana Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Pemkab Taput) untuk mentransformasi Intitut Agama Kristen Negeri Tarutung (IAKN Tarutung) menjadi Universitas Negeri Tapanuli Raya (Untara), perlu untuk dikaji ulang. Meski tujuannya positif, namun rencana transformasi tersebut dikhawatirkan menghilangkan semangat IL Nommensen dalam melahirkan penginjil di Indonesia, khususnya mewakili Tano (Tanah) Batak.
Bachtiar Sitanggang yang mewakili masyarakat dari Tano Batak menyarankan, Pemkab Taput sebaiknya membangun gedung Untara tanpa harus menghilangkan IAKN yang sudah banyak melahirkan penginjil penerus dari IL Nommensen. Pembangunan gedung baru ini akan menyingkirkan tudingan dari masyarakat Toba, bahwa Pemkab Taput tidak mampu mendirikan universitas negeri bila menggunakan keberadaan IAKN.
"Mendirikan universitas negeri di Tapanuli adalah suatu cita-cita luhur dan mulia. Ini memang sudah seharusnya mengingat perkembangan zaman dan pertambahan penduduk. Tapanuli mungkin satu bekas Karesidenan yang belum memiliki perguruan tinggi negeri kecuali IAKN Tarutung. Namun jika IAKN Tarutung ditransformasi menjadi Universitas Negeri Tapanuli Raya (Untara) ini mungkin sebuah kekeliruan," ujar Bachtiar melalui siaran persnya, Jumat (27/11/2020).
Bachtiar yang berprofesi sebagai advokad dan merupakan mantan wartawan senior sebuah koran terkemuka di Jakarta ini, menyebutkan banyak hal yang menjadi pertanyaan ketika Pemkab Taput berencana mentransformasi IAKN menjadi Untara. Pasalnya, rencana pemerintah itu belum tentu didukung penuh oleh masyarakat di Tano Batak. Apalagi, IAKN akan dirubah dari fungsi dasarnya, menyebarkan injil menjadi universitas untuk umum.
"Kalau benar mampu dengan dukungan Ketua MPR RI dan Ketua DPD RI, mengapa tidak langsung meminta dukungan mendirikan Universitas Negeri? Tegakah kita menurunkan salib-salib yang ada di ruangan-ruangan IAKN dan tempat-tempat lain di mana ada lambang keselamatan dunia? Saya berpikir, pantas orang-orang tua kita menasehatkan 'jolo nidilat bibir asa nidok hata'. Artinya, perlu menggunakan hati nurani (roha parbagasan), agar tidak keblinger (keliru-asbun)," ungkapnya.
Menurut Bachtiar, dengan meniadakan IAKN Tarutung, sama saja dengan menghambat Injil Matius dan Injil Markus yang dikemukakan di atas. Bisa saja atau mungkin ada pendapat lain yang lebih logis sesuai dengan iman para pemikir transformasi IAKN menjadi Untara.
Seperti diketahui, Bupati Taput Nikson Nababan sebelumnya meminta dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, Ketua MPR, Ketua DPD untuk mendukung Untara di Taput. Nikson juga mengklaim sudah mengantongi banyak dukungan dari berbagai pihak atas rencananya tersebut.
Rencana besar tersebut tinggal mengaktualisasi melalui sebuah dokumen, bagaimana dokumen itu tertata dengan rapi didalamnya sudah dimuat keinginan masyarakat, kajian dan analisa serta dukungan-dukungan dari berbagai elemen, ormas, tokoh agama, tokoh adat dan organisasi kemahasiswaan, termasuk Presiden Jokowi.
Sumber: BeritaSatu.com