Medan, Beritasatu.com - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) menyiapkan berbagai skenario dalam mengantisipasi lonjakan inflasi akibat tingginya curah hujan yang bisa mengakibatkan gagal panen pada komoditas hortikultura dan tanaman padi di kabupaten/kota di Sumut.
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, perlu disiapkan langkah strategis oleh pemerintah kabupaten/kota melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga ketersediaan pangan dalam mengantisipasi inflasi sampai akhir penutupan tahun 2020 mendatang.
"Fenomena La Nina dikhawatirkan mempengaruhi ketersedian pangan dan berdampak pada kenaikan inflasi. Ini perlu menjadi salah satu catatan penting dalam pengendalian inflasi kita jelang tahun 2021. Strategi dan antisipasi harus dipersiapkan," ujar Edy, Kamis (26/11/2020).
Mantan Pangkostrad ini meminta TPID di kabupaten/kota supaya menyiapkan strategi kesiapan pangan untuk komoditas-komoditas yang masih defisit di wilayah masing-masing. Khususnya komoditas yang memiliki volatilitas tinggi terhadap inflasi, harus menjadi perhatian utama. Misalnya, cabai merah, bawang merah dan lainnya.
“Ada kabupaten-kabupaten yang surplus, ada yang defisit komoditas pangan strategisnya. Kerjasama Antar Daerah (KAD) perlu diperkuat untuk membantu daerah-daerah yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri, serta sebagai salah satu upaya mewujudkan stabilitas harga,” pesan Edy.
Edy juga mengimbau TPID untuk beralih menuju dunia digital dan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam mendukung program ketahanan pangan. Tidak hanya dalam proses penanganan dan pengolahan pertanian, tetapi juga proses pendistribusian. Misalnya, dengan menciptakan aplikasi jual beli produk tani.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Widayat menjelaskan perkembangan perekonomian Sumut hingga saat ini, perkembangan inflasi Sumut, arah pengendalian inflasi kedepan dan aspek pemulihan ekonomi.
Perkembangan ekonomi Sumut pada triwulan III 2020 tercatat minus -2,60 persen year on year (yoy). Lebih baik dibanding nasional minus -3,49 persen yoy. Dari sisi permintaan, perbaikan didorong oleh kontraksi impor. Dari sisi penawaran, lapangan usaha (LU) perdagangan dan transportasi tumbuh membaik sejalan dengan masuknya periode adaptasi kebiasaan baru.
“Pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020 diperkirakan mengalami kontraksi. Pemulihan ekonomi terjadi pada triwulan III seiring dengan fase Adaptasi Kebiasaan Baru ternyata belum optimal mendorong ekonomi. Perbaikan ekonomi di triwulan IV menjadi penentu kinerja ekonomi di tahun 2020. Untuk itu diperlukan upaya ekstra untuk mendorong ekonomi di kuartal terakhir,” tutur Wiwiek.
Mengingatkan arah kebijakan pengendalian inflasi ke depan, Wiwiek menekankan untuk fokus pada 4K yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Berikutnya, memastikan ketersediaan pasokan antar waktu dan mengoptimalkan peluang digitalisasi.
Sumber: BeritaSatu.com