Jakarta, Beritasatu.com - Banyak daerah yang masih sulit untuk mengendalikan penularan atau penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Satgas Penanganan Covid-19 mencatat terdapat 54 kabupaten/kota yang tidak bergerak dari zona oranye atau risiko sedang dalam 10 minggu terakhir atau dua bulan lebih. Satgas mengingatkan daerah tersebut untuk tidak merasa aman, karena zona orange tetaplah berbahaya.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, daerah dengan status zona oranye atau berisiko sedang terus mengalami peningkatan jumlah. Pada 31 Mei, zona oranye baru 166 kabupaten/kota, namun angka ini terus bertambah hingga mencapai 360 per 25 Oktober 2020. Pertambahannya lebih dari dua kali lipat. Targetnya semua kabupaten/kota berada di zona kuning atau hijau.
“Ini yang kami sebut sebagai merasa nyaman tidak berada di zona merah, tapi berada di zona oranye dalam waktu lama,” kata Wiku pada konferensi pers virtual perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (29/10/2020).
Menurut Wiku, Satgas sangat menyayangkan kondisi terjadi mengingat 54 daerah tersebut secara berturut-turut berada di zona orange dalam waktu cukup lama, yaitu 10 hari atau dua bulan lebih. Menurut Wiku, semua daerah harusnya terus belajar dan berupaya meningkatkan penanganan di wilayahnya. Meskipun kondisi pandemi ini berkepanjangan dan mungkin saja melelahkan, namun pemda diminta harus tetap waspada.
Menurut Wiku, 10 minggu bukanlah waktu yang sebentar. Jika selama 10 minggu berturut turut tidak berpindah zona risiko orange, artinya perlu adanya evaluasi yang menyeluruh terhadap penanganan Covid-19 di wilayah masing-masing. Satgas minta bupati dan walikota yang daerahnya masuk dalam daftar ini dibantu gubernur untuk bisa memperbaiki serta meningkatkan penanganan Covid-19.
“Kerja sama pemda dengan pemerintah pusat sangat penting untuk memperbaiki kondisi ini. Kami menunggu 54 kabupaten dan kota ini untuk berpindah dari zona oranye ke kuning. Mari kita bekerja sama,” kata Wiku.
Adapun 54 kabupaten/kota tersebut, antara lain Aceh Tengah, Banyuasin, Kota Palembang, Kota Prabumulih, Kota Solok, Bintan, Bogor, Demak, Grobogan, Kota Magelang, Purworejo, Sragen, Blitar, Jember, Jombangz, Pandeglang, Bantul, Kota Yogyakarta, Kulunprogo, Lombok Barat, Bulungan, Paser, Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Kota Banjarbaru, Tanah Bambu, Kota Bitung, Kotamobagu, Minahasa Selatan, Gowa, Luwu Utara, Maros, Pangkajene, dan Kepulauan Sinjai, Buton, Buton Tengah, Kota Bau Bau, Mamuju, Gorontalo Utara, Halmahera Utara, Kota Ternate, dan Keerom. Sebelas kebupaten/kota lain berada di Sumatera Utara, yaitu Asuhan, Karo, Pematangsiantar, Labuhanbatu, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Pakpak Barat, Samosir, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Toba Samosir.
Wiku juga melaporkan, pada hari ini terdapat penambahan kasus baru sebanyak 3565, di mana kasus aktifnya adalah 60.569 atau 14,9%. Kasus aktif di Indonesia lebih rendah dari kasus aktif dunia pada saat ini adalah 24,23%.
Sedangkan jumlah kasus sembuh secara kumulatif sebanyak 329.778 atau 81,6%. Angka kesembuhan di Indonesia lebih tinggi daripada kasus sembuh dunia yang sedikit menurun yaitu 73,12%. Sedangkan kasus meninggal kumulatif adalah 13.701 atau 3,3% atau lebih tinggi dari kasus meninggal di dunia 2,63%.
Wiku meminta pemda untuk mengantisipasi lonjakan kasus yang berpotensi terjadi selama libur panjang 28 Oktober hingga 1 November. Upaya pengendalian perlu ditingkatkan, di antaranya perlu melakukan identifikasi titik potensi kerumunan. Kemudian melakukan pengawasan terhadap kedisiplininan protokol kesehatan di tempat-tempat wisata. Berkoordinasi dengan seluruh elemen masyarakat, dan optimalkan peran Satgas Daerah untuk upaya tracing (pelacakan) dan skrining. Selain itu, tingkatkan kapasitas cakupan testing kepada pelaku perjalanan atau masyarakat di daerag masing-masing.
Sumber: BeritaSatu.com