Moskwa, Beritasatu.com - Hubungan Indonesia dengan Rusia sedang menuju pada kemitraan strategis. Kedua negara memiliki potensi kerja sama yang besar di berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Pada 2020 Indonesia dan Rusia memperingati 70 tahun hubungan diplomatik.
Hal tersebut disampaikan Kuasa Usaha Ad Interim yang juga Wakil Duta Besar RI untuk Rusia merangkap Belarusia, Azis Nurwahyudi, dalam kuliah umum secara virtual dengan tema "Memaknai 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Rusia" kepada para mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY), Selasa (6/10/2020).
Dalam siaran pers KBRI Moskwa yang diterima di Jakarta, Kamis (8/10/2020) disebutkan, kuliah umum yang diselenggarakan secara virtual antara Moskwa dan Yogyakarta ini diikuti para mahasiswa baru jurusan HI universitas tersebut. Mereka dengan penuh antusias mengikuti perkuliahan perdana sampai selesai. Turut pula mengikuti kegiatan para dosen dan Dekan Fakultas FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta, Machya Astuti Dewi.
Azis Nurwahyudi menjelaskan perkembangan hubungan Indonesia-Rusia, termasuk hubungan menuju kemitraan strategis, dan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Menurut Azis, hubungan Indonesia dan Rusia telah terjalin sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada 1890, Nikolai II pernah bekunjung ke Indonesia sebelum menjadi kaisar Rusia dan 1894-1899 Rusia membuka kantor konsulat di Batavia untuk lebih mendekatkan hubungan dan kerja sama.
Azis juga menjelaskan, pada 1950-1960-an hubungan Indonesia dengan Rusia yang saat itu bernama Uni Soviet sangat erat. Pemimpin kedua negara, yaitu Presiden Soekarno dan Nikita Khruschev memiliki hubungan yang dekat. Presiden Soekarno tercatat empat kali berkunjung ke Uni Soviet dan Nikita Khruschev juga pernah berkunjung ke Indonesia. Hal ini dilandasi oleh geopolitik dunia yang terjadi saat itu.
“Rusia banyak membantu Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, penyiapan kader bangsa, dan penyediaan alusista pada Era Orde Lama di Indonesia,” kata Azis Nurwahyudi.
Azis menambahkan, terjadi dinamika dalam hubungan Indonesia dengan Rusia. Pada era Orde Baru di Indonesia, hubungan kedua negara kurang begitu dekat walaupun tetap terjalin. Upaya pengembangan kerja sama tetap dilakukan, seperti kunjungan Presiden Soeharto ke Moskwa 1989.
Bubarnya Uni Soviet pada akhir 1991 mengubah geopolitik dunia, termasuk hubungan Indonesia dengan Rusia. Indonesia mengakui secara resmi Federasi Rusia sebagai pengganti sah Uni Soviet.
Dikatakan, babak baru hubungan Indonesia-Rusia memasuki abad ke-21. Salah satu dasar kerja sama adalah Deklarasi Kerangka Kerja Sama Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia dalam Abad ke-21 yang ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir Putin di Moskwa pada 21 April 2003.
Potensi kerja sama kedua negara sangat besar. Rusia memiliki teknologi tinggi dan sistem pendidikan yang bagus. Di bidang pendidikan, sudah banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya dan sebagian besar adalah penerima beasiswa pemerintah Rusia. Sementara itu, Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata warga Rusia. Pasar Rusia juga berpotensi besar untuk produk Indonesia, antara lain kepala sawit dan kopi.
Dalam peringatan 70 tahun hubungan diplomatik pada 2020, sejumlah kegiatan telah dilakukan KBRI Moskwa, seperti pemutaran film Indonesia “Lima” di Moskwa dan Kazan, seminar di Moskwa dan St Petersburg, pameran arsip, pameran foto wajah Indonesia, temu bisnis, dan pertunjukan budaya Indonesia.
“Beberapa rencana kegiatan tidak dapat diselenggarakan karena pandemi Covid-19,” ujar Azis Nurwahyudi.
Kuliah umum dipandu oleh moderator Ludiro Madu, dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, UPN “Veteran” Yogyakarta. Dalam sesi diskusi interaktif berbagai pertanyaan diajukan oleh mahasiswa, seperti pertukaran budaya, situasi Rusia, dan kerja sama di masa pandemi Covid-19.
Machya Astuti Dewi menambahkan, kegiatan ini merupakan materi perkuliahan yang sangat berharga bagi para mahasiswa jurusan HI UPNVY. Tidak hanya informasi tentang hubungan Indonesia-Rusia yang diperoleh, tetapi juga bagaimana diplomasi yang dilakukan dalam menjalin hubungan kedua negara.
“Semoga materi yang disampaikan dapat menginspirasi dan menambah wawasan para mahasiswa,” kata Machya Astuti Dewi.
Sumber: BeritaSatu.com