Jakarta, Beritasatu.com - Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia memastikan selain nilai ujian, nilai rapor menjadi pertimbangan lain kelulusan peserta Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI) yang sudah tiga kali terselenggara secara online.
Kepala Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Indonesia, Dr. Gunawan, S.T., M.T, mengatakan hal itu sudah diberlakukan sejak pertama ujian daring mandiri S1 kelas internasional yang sudah diumumkan kelulusannya pada Jumat, 7 Agustus 2020.
Di masa pandemi, UI berupaya keras memutus penyebaran Covid-19 dengan menggelar tiga kali ujian mandiri SIMAK UI 2020 secara online. Ujian SIMAK untuk jenjang S1 kelas internasional digelar pertama 19 Juli 2020 diikuti 1.490 peserta. Jenjang Pascasarjana dan Eksistensi diselenggarakan pada 26 Juli 2020, diikuti 6.007 peserta. Sementara ujian untuk vokasi, S1 Reguler dan S1 Pararel dilangsungkan 5 Agustus 2020 yang diikuti oleh 64.250 peserta ujian.
Gunawan memaparkan secara keseluruhan jumlah laporan komplain yang diterima panitia tidak terkait dengan sistem ujian online yang sudah dikembangkan dan diujicoba oleh UI sejak jauh-jauh hari. Sistem online SIMAK UI memberlakukan pemeriksaan ketat via kamera dan penyelesaian soal terikat waktu untuk meminimalisir kecurangan.
"Ada beberapa informasi kecurangan yang kami dapat dari media sosial dan tidak resmi masuk ke desk aduan panitia. Setelah kami telusuri dan kami komunikasikan untuk minta buktinya, malah unggahannya sudah dihapus akun tersebut. Pihak admin sudah melakukan permintaan maaf karena mengunggah informasi yang belum pasti," ujar Gunawan dalam keterangan kepada wartawan di Depok, Senin (10/08/2020).
Gunawan menyatakan setiap sistem ujian baik offline maupun online selalu membuka peluang kecurangan dilakukan peserta agar bisa lulus. Sebagai PTN pertama yang memberlakukan ujian mandiri secara online di Indonesia, menurutnya, Universitas Indonesia juga merespon isu tersebut dengan cermat dan menjadi masukan perbaikan sistem.
"Dulu ujian offline sekalipun, ada peluang (kecurangan), kita dihebohkan dengan isu soal ujian atau kunci jawaban yang bocor. Kita bersemangat terus belajar bagaimana ujian online ini menjadi pilihan terbaik di masa pandemi, walaupun isu pastinya akan selalu ada. Itu bagus untuk membuat kami selalu berbenah diri," ujarnya.
Panitia membuka desk aduan untuk seluruh peserta SIMAK UI dan memroses laporan keluhan yang masuk secara resmi. Secara keseluruhan prosentase laporan aduan relatif kecil dibanding jumlah peserta.
Gunawan menjelaskan untuk S1 kelas internasional 19 Juli 2020 berjumlah 21 laporan atau 1,14% dari 1.490 peserta, pelaksanaan ujian Pascasarjana dan Eksistensi 26 Juli 2020 jumlah komplen sebanyak 26 laporan atau 0,43% dari 6007 peserta. Sedangkan pada pelaksanaan ujian SIMAK untuk Vokasi, S1 Reguler dan S1 Pararel pada 5 Agustus 2020, panitia menerima 124 laporan atau hanya 0,19% dari 64.250 peserta ujian.
"Ada aduan terkait kamera mati, padahal tombol allow akses kameranya tidak diklik oleh peserta. Ada juga yang tidak bisa membuka soal ujian, ternyata setelah kami suruh screenshoot, peserta memasang mode pesawat sehingga laptop pastinya tidak bisa mengakses internet dari wifi. Email masuk ada sekitar 900-an itu sudah kami kategorisasi. Kebanyakan mereka mengajukan permohonan dispensasi dari panitia, karena pas ujian kebelet ke toilet atau makan minum saat ujian. Mereka memohon supaya panitia jangan mendiskualifiasi mereka," papar Gunawan.
Gunawan mengakui saat SIMAK ketiga, panitia sempat mengubah jadwal tes kelas IPS untuk mengantisipasi lonjakan traffic karena masuknya lebih dari 60.000 peserta secara bersamaan.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Rosari Saleh, memberikan apresiasi positif terhadap kritik dan saran terhadap pelaksanaan SIMAK UI yang pertama kali terselenggara secara online.
"Kami terus bebenah memperbaiki sistem agar lebih adil untuk semua peserta. Karena itu, rapor dijadikan pertimbangan penilaian lain untuk mengkonfirmasi hasil ujian apakah memang sesuai juga dengan kemampuan peserta saat belajar di sekolah," kata Rosari.
Rosari berharap kritik dan saran yang diberikan publik terhadap pelaksanaan ujian online jangan sampai mengecilkan upaya keras yang sudah dibuat Universitas Indonesia untuk membantu pemerintah RI menekan penyebaran virus Covid-19. Terkait dengan lokasi kampus UI yang berada di Kota Depok sebagai satu-satunya zona merah Covid-19 di Jawa Barat.
Sumber: BeritaSatu.com