Jakarta, Beritasatu.com - Hingga saat ini uji klinik fase 3 vaksin Covid-19 yaitu vaksin Sinovac memasuki tahap monitoring terhadap subyek yang sudah diimunisasi. Proses ini untuk memastikan aspek keamanan terutama efikasinya. Diharapkan efikasinya di atas 50% sesuai saran World Health Organization (WHO) untuk mendapatkan persetujuan emergency use authorization (EUA) dari Badan POM.
Dihubungi Beritasatu.com, Jumat (27/11/2020) malam, Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengatakan, menurut WHO selama efikasinya minimum 50% ke atas masih dapat diterima. Artinya, orang yang divaksinasi lebih unggul dibandingkan yang tidak divaksinasi perbedaannya minimum di atas 50%.
“Lebih bagus lagi kalau perbedaannya yang sekarang ini diklaim di atas 90%. Misalnya vaksin dari Pfizer dan Moderna diklaim 90%. Tetapi ini baru klaimnya, belum pengumuman resmi dari Badan POM. Selain itu harus ada rekomendasi WHO, sekarang belum karena belum ada yang selesai uji klinik fase 3,” kata Amin.
Amin juga mengatakan, dari semua vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan di berbagai negara belum diketahui satu pun berapa lama antibodi terbentuk di dalam tubuh setelah seseorang mendapatkan imunisasi. Karena sampai sekarang pengujiannya masih beberapa bulan sehingga belum ada informasi lengkap soal kekebalan atau antibodi yang dihasilkan dari vaksin ini.
“Untuk mengetahui antibodi yang dihasilkan itu, setelah enam bulan (uji klinik) kemudian orang yang mendapat vaksinasi diikuti terus sampai setahun misalnya sampai dua tahun,” kata Amin.
Namun menurut Amin, uji klinik vaksin Covid-19 dikawal dan dijamin sejak awal oleh Badan POM. Oleh karena itu vaksin yang dihasilkan tentu akan memenuhi aspek mutu, keamanan dan khasiat. Karenanya ia mengimbau masyarakat untuk mau divaksinasi agar meningkatkan antibodi. Dengan meningkatnya antibodi diharapkan terciptanya herd immunity, sehingga bisa memutus rantai penularan.
Sistem Imun
Secara terpisah, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro mengatakan, tubuh manusia memang memiliki sistem imun secara alamiah yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan virus atau bakteri. Tapi sistem imun ini membutuhkan pengenalan terhadap jenis jenis kuman yang bisa menyebabkan penyakit. Sehingga apabila di kemudian hari virus atau bakteri masuk dalam tubuh, maka kita sudah siap melawan dan akhirnya dapat mencegah timbulnya penyakit tersebut.
“Tujuan utama vaksin membuat tubuh kenal lalu menjadi kebal terhadap penyakit. Jadi saat masuk dalam tubuh, prinsipnya pun sama, yaitu tubuh kita langsung mendeteksinya sebagai sebuah ancaman infeksi, maka tubuh akan membentuk sistem untuk membuat kekebalan tubuh atau antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit tersebut,” kata Reisa dalam dialog “Cara Kerja Vaksin” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat.
Menurut Reisa, tubuh akan mengingat apa yang harus diwaspadai, sehingga jika ada virus, bakteri atau kuman penyebab penyakit yang masuk dapat dilawan. Satu lagi, vaksin untuk Covid-19 tentu dengan pengujian yang berlapis-lapis dan dipastikan aman untuk digunakan. Vaksin Covid-19 dapat dioptimalkan untuk mencegah penularan virus Covid-19.
Berbeda dengan obat yang diberikan setelah kita sakit, vaksin adalah upaya pencegahan sehingga diberikan pada saat sehat. Vaksin menciptakan sistem kekebalan tubuh secara spesifik atau khusus dan dapat melawan penyakit tertentu. Tapi perlu diingat bahwa vaksin bukan solusi total untuk menghilangkan virus. Datangnya vaksin Covid-19 bukan berarti pandemi langsung berakhir.
“Jadi tetap terapkan disiplin 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun. Tetap lindungi diri sendiri dan orang lain,” kata Reisa.
Sumber: BeritaSatu.com