Jakarta, Beritasatu.com - Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai rencana pembatasan pembelian BBM Pertalite untuk kendaraan di atas 2.000 cc tidak akan efektif untuk membuat penyaluran BBM jenis ini lebih tepat sasaran. Pasalnya saat ini banyak mobil di segmen menengah ke atas keluaran terbaru yang justru tak lagi menggunakan kubikasi besar. Rata-rata beralih menggunakan mesin lebih kecil, seperti 1.000 cc atau 1.500 cc, tetapi dilengkapi turbo yang membuat tenaganya tak kalah bersaing dengan mesin di atas 2.000 cc.
"Pembatasan pembelian Pertalite untuk mobil di atas 2.000 cc tidak akan efektif. Kalau memang tujuannya untuk membatasi mobil mewah, sekarang ini banyak kok mobil-mobil mewah yang cc-nya di bawah 2.000. Artinya mereka yang tidak berhak nantinya juga masih tetap bisa membeli Pertalite," kata Bebin Djuana kepada Beritasatu.com, Kamis (30/6/2022).
Agar lebih tepat sasaran, menurut Bebin, lebih baik subsidinya diberikan langsung kepada masyarakat yang berhak dalam bentuk uang seperti bantuan sosial dari Kementerian Sosial (Kemensos). BPH Migas nantinya bisa berkoordinasi kepada Kemensos terkait kriteria masyarakat yang berhak mendapatkan subsidi langsung tersebut.
"Kalau subsidinya diberikan ke Pertamina, nanti banyak orang-orang yang sebenarnya tidak berhak tetapi malah memanfaatkan. Jadi sebaiknya subsidi Pertalite ini diberikan langsung kepada masyarakat yang berhak," kata Bebin.
Khusus untuk wacana pembatasan pembelian Pertalite bagi sepeda motor di atas 250 cc, Bebin menilai hal ini masih memungkinkan untuk dilakukan. Namun menurut Bebin sebaiknya diseragamkan saja dengan cara memberikan subsidi langsung ke masyarakat.
"Kalau kita lihat ojek online, hampir tidak ada yang pakai motor besar di atas 250 cc. Jadi kalau untuk sepeda motor, kebijakannya masih memungkinkan dilakukan. Tetapi kalau ingin diseragamkan, bentuknya subsidi langsung saja," kata Bebin.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan. Ia juga menilai pembatasan pembelian Pertalite dengan menilai kendaraan berdasarkan cc tertentu memang perlu dikaji kembali.
"Karena kendaran-kendaraan yang baru saat ini justru cc-nya kecil. Harusnya kan kendaraan baru ini belinya Pertamax, bukan Pertalite. Saya lebih menyarankan misalnya yang usia di atas 2012 yang tidak berhak membeli Pertalite," kata Mamit.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com