New York, Beritasatu.com - Bursa AS Wall Street pada Kamis (20/1/2022) melemah di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan Federal Reserves (the Fed).
Nasdaq Composite mengakhiri perdagangan turun 1,3% pada 14.154,02 setelah naik 2,1% hari sebelumnya. Dow Jones Industrial Average turun 313,26 poin menjadi 34.715,39, setelah naik 400 poin pada hari sebelumnya. S&P 500 turun 1,1% menjadi 4.482,73 menyusul kenaikan hari sebelumnya sebesar 1,53%. S&P 500 ditutup di bawah 4.500 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2021.
Bespoke Investment Group mencatat aksi jual hebat investor terjadi pada jam-jam terakhir perdagangan tahun ini. "Rata-rata, bursa AS telah rally saat siang, tetapi ada aksi jual besar-besaran di akhir sesi," kata perusahaan itu.
Saham Peloton merosot 23,9% di tengah rencana penghentian produksi produk kebugaran terhubung karena permintaan konsumen berkurang, menurut dokumen internal yang diperoleh CNBC.
Saham teknologi, seperti Zoom dan Tesla, memimpin kenaikan. Namun, banyak yang kehilangan semangat menjelang akhir sesi. Netflix ditutup turun sekitar 1,5%.
Pelemahan bursa AS juga karena imbal hasil obligasi pemerintah tetap tinggi. Pasalnya, Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter. Bank sentral akan menggelar pertemuan bertemu minggu depan, yang diproyeksi akan mengumumkan kenaikan suku bunga.
Imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun, yang paling terkait erat dengan kebijakan suku bunga Fed, baru-baru ini mencapai 1,04%. Sedangkan benchmark 10-tahun menyentuh tertinggi 1,87%.
“Investor perlu menyadari bahwa 2022 mungkin akan menjadi perjalanan yang jauh lebih sulit,” kata Ryan Detrick dari LPL Financial. "Dengan kenaikan suku bunga dan semester pertama yang secara historis bergejolak, naik turun lebih keras dapat terjadi bagi investor tahun ini."
Beberapa laporan pendapatan perusahaan menghiasi perdagangan Kamis. Kinerja American Airlines mengalahkan perkiraan, tetapi menurunkan panduan, sehingga sahamnya turun 3,2%.
Saham United Airlines turun 3,4% setelah perusahaan melaporkan hasil kuartalannya dan memperingatkan bahwa omicron mengurangi pemesanan dan akan menunda pemulihan pandemi.
Adapun data pengangguran pada Kamis mengisyaratkan lonjakan omicron dapat mengganggu pemulihan. Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 15 Januari mencapai 286.000, level tertinggi sejak Oktober. Angka tersebut jauh di atas perkiraan Dow Jones 225.000 dan 231.000 minggu sebelumnya.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNBC