Jakarta, Beritasatu.com - Asosiasi Gelas Kaca Indonesia (APGI) menargetkan pertumbuhan 5% tahun ini, ditopang harga gas murah, US$ 6 per mmbtu, dan kelancaran proses vaksinasi Covid-19. Selain itu, ekspor tahun ini prospektif, sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri tahun ini.5
Ketua Umum APGI Henry Susanto mengatakan, tahun lalu, industri gelas kaca ambruk 10%, akibat pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat di dalam negeri dan lockdown di luar negeri. “Selain itu, daya beli masyarakat turun, akibatnya sebagian kehilangan mata pencarian atau pemotongan gaji karyawan,” ujar dia, belum lama ini.
Henry menerangkan, vaksinasi Covid-19 akan menghidupkan industri pariwisata, seperti hotel, restauran, dan kafetaria (horeka) dan industri hiburan. Pabrik-pabrik akan bebas berjalan dan pasar/toko akan bebas dibuka, sehingga dapat menyerap produk industri. “Lapangan kerja akan terbuka dan penganguran akan berkurang yang akan meningkatkan daya beli masyarakat,” ujar dia.
Mengenai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang saat ini diterapkan pemerintah, Henry menilai, hal itu tidak terlalu menggangu produksi pabrik-pabrik. Sebab, pabrik masih dapat beroperasi dengan mengantongi izin operasional dan mobilitas kegiatan industri (IOMKI) oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan menerapkan protokol kesehatan.
Meski begitu, dia menilai, pembatasan operasional toko dan pasar pada awal PPKM membuat permintaan menjadi berkurang, sehingga banyak barang menumpuk di gudang. “Saat ini, utilisasi kemasan dari gelas sekitar 75%, setelah sempat turun ke 50% pada saat PSBB kuartal I dan meningkat kuartal III dan IV-2020,” ungkap dia.
Henry menjelaskan, prospek ekspor tahun ini cerah, terutama ke Amerika Serikat (AS). Alasannya, AS mengenakan tarif BM tinggi ke produk Tiongkok akibat perang dagang. “Ini membuka market gelas kita di AS, sedangkan di Asean, kami diuntungkan AFTA dan jaraknya dekat,” ujar dia.
Selain itu, lanjut Henry, penurunan harga gas membuat harga kemasan gelas kaca Indonesia lebih kompetitif di pasar internasional dan dapat meningkatkan nilai ekspor. “Rintangan ekspor sekarang adalah lockdown di beberapa negara tujuan ekspor Indonesia dan kelangkaan kontainer,” kata dia.
Henry mengatakan, negara tujuan ekspor keemasan gelas Indonesia adalah negara-negara Asean, AS, Australia, dan Papua Nugini (PNG). Sementara itu, pasar ekspor baru kemasan gelas adalah negara-negara di Asia selatan, seperti India, Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan.
Januari- Oktober 2020, ekspor gelas kaca mencapai US$ 128,5 juta atau setara 235.500 ton, turun dari periode sama 2019 sebesar US$ 138,2 juta atau setara 247.723.504 ton.
Henry berharap pemerintah dapat menjaga daya saing industri berupa biaya energi dan tenaga kerja yang kompetitif. Selain itu, pemerintah diminta menumbuhkan dan melengkapi industri antara, sehingga industri kaca bukan hanya menjadi tukang jahit saja. APGI juga meminta pemerintah dapat menjaga biaya logistik dalam negeri dan ekspor ke luar negri, serta menjaga ketersediaan kontainer untuk ekspor.
Sumber: BeritaSatu.com