Jakarta, Beritasatu.com - Langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melaksanakan merger PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah diyakini dapat meningkatkan partisipasi Indonesia dalam perekonomian syariah global. Secara khusus, bank syariah baru hasil merger ini diharapkan memiliki kemampuan besar dalam menciptakan peluang bisnis. Apalagi, kebijakan merger bank syariah anak usaha bank BUMN tersebut untuk melahirkan satu bank syariah yang masuk kelompok Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) IV atau bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan, merger bank syariah ini akan meningkatkan aset menjadi Rp 225 triliun dengan 1.200 kantor cabang di seluruh pelosok Indonesia. Diperkirakan pada 2025 asetnya akan mencapai Rp 390 triliun sehingga mampu bersaing secara kompetitif di tingkat nasional, regional, maupun global.
Wapres menambahkan, saat ini proses penggabungan secara teknis akan dimulai menyusul telah ditandatangani Conditional Merger Agreement (CMA) dan telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa hari lalu. "Dengan ditandatanganinya CMA ini proses penggabungan secara teknis akan dimulai, diharapkan bank syariah baru ini akan beroperasi penuh pada Februari 2021," ujarnya dalam pidato di acara Investor Best Syariah Awards 2020 yang disiarkan secara langsung oleh BeritaSatu TV, Selasa (20/10/2020).
Wapres menegaskan bahwa penggabungan ini dilakukan tanpa adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Lebih lanjut, penggabungan ini menjadikan Indonesia sebagai pemain penting dalam surat utang atau sukuk global, serta berpotensi menjadi 10 bank syariah teratas secara global berdasarkan kapitalisasi pasar.
Saat ini, dia mengakui, perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dalam mengeksplorasi pasar sukuk. Padahal, bank syariah memiliki pasar yang besar di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah. Wapres berkeyakinan ekspansi bank syariah BUMN diperkirakan melaju lebih kencang seiring peningkatan pertumbuhan pembiayaan. Pertumbuhan pembiayaan bank syariah atau CGAR rata-rata mencapai 15%-17% per tahun.
“Saya mengharapkan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia akan semakin cepat setelah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) diperkuat dan diubah menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang cakupannya tidak terbatas pada sektor keuangan saja, tapi juga sektor ekonomi lainnya seperti industri, perdagangan baik barang maupun jasa syariah,” ungkap Ma'ruf yang juga sebagai wakil ketua sekaligus ketua harian KNKS.
Ma'ruf mengatakan ada empat hal yang menjadi fokus utama pemerintah lewat KNEKS ini, yaitu pengembangan industri halal, industri keuangan syariah, dana sosial syariah, dan perluasan kegiatan usaha syariah. Di mana, empat hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2020 yang mengubah KNKS menjadi KNEKS. “Jadi, empat fokus ini yang kami kembangkan, yang nanti akan kami target sampai 2024,” katanya.
Di masa pandemi ini, Ma'ruf pun berpesan untuk bisa dibangun kekuatan dan kemandirian dalam negeri dengan menjadikan Indonesia sebagai eksportir produk halal terbesar di dunia. Salah satu upaya yang dibangun adalah membangun kawasan industri halal yang saat ini masih dalam proses pembangunan di berbagai daerah. “Layanan sertifikasi halal juga akan dilakukan satu atap. Kita juga memperkuat industri kecil yang selama ini menghasilkan produk halal melalui kelembagaannya,” tambahnya.
Selain itu, Ma'ruf berpesan agar pengembangan ekonomi syariah harus disinergikan dengan pengembangan ekonomi dan keuangan konvensional. Hal ini menurutnya penting karena Indonesia menganut dual ekonomi sistem yang saling melengkapi. “Ekonomi dan keuangan syariah bukannya eksklusif tapi menjadikannya universal sesuai dengan prinsip ajaran Islam,” tegas dia.
Sumber: BeritaSatu.com