Jakarta, Beritasatu.com - Pandemi Covid-19 selain menciptakan krisis kesehatan, juga memberikan efek domino terhadap aspek sosial, ekonomi, serta keuangan seiring dengan pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka membatasi penyebaran wabah. Pada tahun 2020, ekonomi global diproyeksikan mengalami kontraksi dan sebagian besar negara di dunia menghadapi ancaman resesi.
Namun, Sekjen Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Satya Wijayantara optimistis bangsa Indonesia bisa bangkit di tengah wabah pendemi Covid-19
Keterbatasan aktivitas ekonomi akibat pembatasan sosial dan fisik, sangat berdampak terhadap faktor pembentuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pertumbuhan terkontraksi -5,51%. Kontraksi konsumsi rumah tangga ini menjadi penekan di tengah kinerja investasi dan perdagangan internasional yang juga terbatas.
Dari sisi sektoral, kata Satya, dua sektor utama yang memiliki kontribusi terbesar serta berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat adalah sektor perdagangan dan manufaktur. Kedua sektor ini masing-masing terkontraksi -7,57% dan -6,19%. Mengingat kedua sektor ini merupakan sektor dengan serapan tenaga kerja tertinggi, maka dampaknya terhadap penghasilan dan konsumsi masyarakat semakin besar.
Namun demikian, kata Satya Wijayantara, perlu disoroti juga bahwa sektor pertanian masih mampu tumbuh positif sebesar 2,19% begitu pula sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh tinggi sebesar 10,88%.
"Terlepas dari perlambatan ekonomi, kinerja sektoral di bulan Juni menuju ke arah membaik pada sektor-sektor utama. Pelonggaran PSBB di sejumlah wilayah mulai meningkatkan mobilitas masyarakat sehingga aktivitas ekonomi mulai bergerak," kata Satya dalam keterangannya kepada Beritasatu.com, Kamis (6/8/2020).
Sejumlah indikator di Juni 2020 memperlihatkan sinyal positif seperti peningkatan PMI manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen,
penjualan mobil, ritel, dan surveyi kegiatan dunia Usaha. Kinerja keuangan beberapa emiten selama semester I 2020
juga menunjukkan peningkatan dibandingkan semester I 2019.
Dari sektor perdagangan internasional, beberapa komoditas ekpor menunjukkan perbaikan seiring dengan peningkatan
ekonomi Tiongkoka. Hal ini membuat ekspor Indonesia di bulan Juni 2020 meningkat mencapai US$ 12,01 miliar.
"Saya kira pemerintah terus berkerja keras dan melakukan langkah exsraordinary untuk mendorong pemulihan ekonomi. Dua fokus utama pemerintah adalah menjaga kehidupan dan menjaga mata pencaharian untuk hidup bagi masyarakat dalam rangka
pemulihan ekonomi," katanya.
Satya memaparkan, strategi utama dalam mempercepat pemulihan ekonomi adalah melalui peningkatan belanja pemerintah. Optimalisasi belanja pemerintah melalui implementasi program PEN, peningkatan daya beli masyarakat dan dukungan di sektor diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi di triwulan III dan IV.
Selain itu, program penanganan Covid-19 yang lebih serius dan terstruktur diharapkan akan memulihkan kepercayaan masyarakat dan rumah tangga untuk melakukan aktivitasnya termasuk belanja/konsumsi/investasi. Penanganan dari aspek kesehatan, meliputi memperbanyak 3T (testing, tracing, treat) dan kampanye 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) secara luas kepada masyarakat dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
"Pengadaan obat dan persiapan produksi dan distribusi vaksin hingga satu tahun ke depan terus dilakukan," katanya.
Sumber: BeritaSatu.com