California, Beritasatu.com - Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Rabu (23/7/2020) karena data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan secara tidak terduga persediaan minyak mentah meningkat. Selain itu, tensi ketegangan AS dan Tiongkok makin mengkhawatirkan.
Minyak mentah Brent turun 3 sen menjadi US$ 44,29 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate melemah 2 sen ke US$ 41,90 per barel.
Persediaan minyak mentah dan sulingan AS secara mengejutkan naik dan permintaan bahan bakar melemah dalam minggu terakhir, demikian data Administrasi Informasi Energi Rabu. Pemicunya adalah kenaikan kasus Covid-19 telah memukul konsumsi minyak AS.
Persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 17 Juli menjadi 536,6 juta barel, dibandingkan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters penurunan 2,1 juta barel. Produksi naik menjadi 11,1 juta barel per hari, atau bertambah 100.000 barel per hari.
"Secara keseluruhan ini menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya macet," kata analis grup Price Futures Phil Flynn di Chicago.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa wabah Covid-19 mungkin akan memburuk sebelum membaik. Pernyataan ini berbeda dari sebelumnya yang menekankan pembukaan kembali ekonomi.
“Ini bisa menjadi positif bagi prospek permintaan minyak. Alih-alih gelombang penguncian kedua yang tidak terkontrol dan mengganggu, mungkin sekarang ada peluang bahwa penyebaran di Amerika Serikat akan terkendali,” kata Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.
Namun pertikaian baru antara Washington dan Beijing menekan harga minyak setelah AS mengatakan kepada konsulat Tiongkok di Houston untuk menutup. Sebuah sumber mengatakan Tiongkok sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan.
Sumber: CNBC