Jakarta, Beritasatu.com - PT Buyung Poetra Sembada Tbk (Buyung Poetra) memprediksi, prospek bisnis beras tetap meningkat, meskipun dunia usaha tengah diterpa dampak pandemi virus corona (Covid-19). Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, permintaan ekspor beras juga tetap tinggi. Untuk itu, perseroan melakukan ekspansi dengan membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 95 ton beras per jam.
Investor Relation Buyung Poetra, Dion Surijata, mengatakan, prospek bisnis perseoran menunjukan peningkatan. Hal ini terbukti kapasitas pabrik pengolahan beras terus ditingkatkan agar dapat memaksimalkan jumlah produksi beras.
“Kita sedang bangun pabrik baru di Sumatera Selatan, akan menambah kapasitas produksi 20 ton per jam. Kalo kita lihat perusahaan ke depannya prospeknya masih bagus, tantangannya tinggal memperkuat branding Topi Koki,” kata Dion dalam acara company visit ke Berita Satu Media Holding secara virtual, Selasa (21/7/2020).
Dia menjelaskan, dengan penambahan pabrik baru di Sumatera Selatan, maka total kapasitas produksi perseroan akan mencapai 95 ton per jam. Saat ini Buyung Poetra Sembada telah memiliki dua pabrik yang berada di Subang dan Cipinang, Jakarta.
Pabrik di Subang memiliki kapasitas produksi sebesar 50 ton per jam, sedangkan pabrik di Cipinang memiliki kapasitas produksi 5 ton per jam. Sementara pabrik di Sumatera Selatan ditargetkan dapat beroperasi di akhir 2020 dengan kapasitas 20 ton per jam, sedangkan penambahan kapasitas 20 ton per jam sisanya akan diselesaikan di tahun 2021.
Dion mengungkapkan, ada penundaan proses pembangunan akibat dampak pandemi Covid-19. “Untuk pabrik yang di Sumsel sebenarnya mesin-mesinnya sebagian sudah datang, hanya saat mau dipasang pada Maret-April, teknisinya dari Vietnam tidak bisa ke Indonesia karena ada Covid-19, jadi kita tunda. Nanti dalam satu atau dua bulan ke depan kita jalankan lagi,” ujar Dion.
Dia mengatakan, perseroan juga menyewa tempat di Pasar Induk Cipinang untuk mengoperasikan mesin berkapasitas produksi sebesar 5 ton per jam. Dengan demikian, saat ini perseroan telah memiliki kapasitas produksi total sebesar 55 ton per jam.
Menurut Dion, Indonesia sebagai konsumen beras terbesar ketiga di dunia, membuat potensi kebutuhan beras masih sangat besar, sehingga perseroan tetap optimistis menatap prospek bisnis ke depan. Apalagi tren pola konsumsi beras masyarakat Indonesia kini mulai berubah, dari beras curah ke beras bermerek, sehingga potensi pertumbuhan bisnis beras masih lebar untuk digarap perseroan.
“Masyarakat yang tadinya beli beras curah atau literan, akan beralih ke beras branded seiring pola konsumsi masyarakat akan beras berkualitas,” kata Dion.
Eskpor
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Buyung Poetra Sembada Budiman Susilo menyatakan, untuk pertama kalinya pada Maret 2020, perseroan mengekspor beras sebanyak satu kontainer ke Singapura atau setara dengan 22 ton.
Menurut dia, salah satu produk beras Indonesia yang disukai di luar negeri adalah pandan wangi. Teksturnya yang berbeda, sehingga lebih disukai dibandingkan beras produksi Vietnam.
“Tekstur pandan wangi hanya kita yang punya, tekstur beras kita agak bulat, berbeda dengan beras di Thailand ataupun dari Vietnam,” ujar Budiman.
Budiman menambahkan, potensi ekspor masih terbuka luas, bahkan belum lama ini perseroan ditawari untuk ekspor beras ke Arab Saudi. Namun karena merebaknya pandemi Covid-19 membuat rencana tersebut tertunda.
Saat ini, Buyung Poetra menggunakan mesin pengering atau drier untuk menekan kadar air dalam padi, sehingga diharapkan akan mengurangi potensi kerusakan beras patah dalam proses produksi.
Budiman mengungkapkan, perseroan juga berkomitmen untuk tetap fokus menggunakan pasokan dari pengepul lokal, ketimbang impor. Selain pasokan padi lokal yang terjaga, hal tersebut juga diharapkan mendorong kehidupan petani dalam negeri untuk tetap bersemangat memasok padi.
Sementara itu, kontribusi bagi masyarakat dari perseroan adalah dengan terus terbuka dalam mensosialisasikan dan perkembangan sistem penanaman padi yang memanfaatkan pompanisasi dan kanalisasi. Sistem tersebut telah diuji coba langsung oleh keluarga Sukarto Buyung.
"Dengan sistem pompanisasi dan kanalisasi, panen yang biasanya setahun sekali, menjadi tiga kali dalam setahun. Hal tersebutdisebabkan oleh lebih besarnya kapasitas pompa sistem irigasi dan lebih tingginya tanggul dalam petak sawah," ujarnya.
Sumber: BeritaSatu.com