Damaskus, Beritasatu.com- Kondisi musim dingin yang ekstrem hingga minus 7 derajat Celsius di Suriah utara telah menyebabkan penderitaan massal bagi 2,8 juta orang. Seperti dilaporkan Arab News, Senin (24/1/2022), hampir 3 juta orang tercatat mengungsi di Suriah utara, kebanyakan dari pengungsi adalah wanita dan anak-anak.
“Kami sangat prihatin dengan situasi di sana,” kata Mark Cutts, wakil koordinator kemanusiaan regional PBB untuk Suriah, saat pengarahan yang dihadiri oleh Arab News.
Para pengungsi, tambah Cutts, adalah beberapa orang yang paling rentan di dunia, sebagian besar dari mereka tinggal di kamp dan tenda sementara.
"Selama cuaca yang sangat dingin ini, kami telah melihat beberapa adegan horor nyata dalam beberapa hari terakhir - sekitar 1.000 tenda telah runtuh sepenuhnya atau rusak parah akibat salju tebal," kata Cutts, seraya menambahkan bahwa suhu telah turun menjadi serendah -7 derajat Celsius.
Sekitar 100.000 orang telah terkena dampak berat salju tebal, sementara 150.000 lainnya terkena dampak kondisi beku dan hujan lebat.
“Ini adalah orang-orang yang telah melalui banyak hal dalam beberapa tahun terakhir. Mereka telah melarikan diri dari satu tempat ke tempat lain. Namun bom telah mengikuti mereka. Banyak rumah sakit dan sekolah di barat laut Suriah telah hancur dalam 10 tahun perang,” kata Cutts, seraya menambahkan bahwa apa yang dia dan timnya lihat di kamp-kamp sekarang adalah zona bencana nyata.
“Pekerja kemanusiaan kami telah menarik orang keluar dari bawah tenda mereka yang runtuh. Mereka telah membersihkan salju dari tenda dengan tangan kosong,” tuturnya.
Anak-anak, orang tua dan orang cacat paling menderita dari kondisi ini, tambah Cutts, yang mengimbau masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak, untuk mengenali skala krisis, untuk membantu kami mengeluarkan orang-orang ini dari tenda dan ke tempat yang lebih aman, tempat penampungan sementara yang lebih bermartabat.
PBB mencatat 1,7 juta orang yang tinggal di kamp dalam kondisi yang mengerikan ini dan kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak dan orang tua.Warga sipil tersebut terdampar di zona perang.
“Sekarang, di atas semua itu, mereka menghadapi suhu di bawah nol. Tidak seorang pun harus hidup dalam kondisi seperti ini,” sesal Cutts.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com