Lilongwe, Beritasatu.com- Presiden Malawi Lazarus Chakwera telah membubarkan seluruh kabinet negara itu di tengah tuduhan korupsi terhadap beberapa menteri. Seperti dilaporkan Al Jazeera, pembubaran itu disampaikan Chakwera dalam satu pidato nasional pada Senin (24/1/2022.
Senin malam, Presiden Chakwera mengatakan bahwa dia telah memutuskan untuk mengizinkan tiga menteri dan pejabat publik lainnya yang dituduh korupsi untuk menghadapi dakwaan mereka.
“Saya telah membubarkan seluruh kabinet saya dengan segera, dan semua fungsi kabinet kembali ke kantor saya sampai saya mengumumkan kabinet yang dikonfigurasi ulang dalam dua hari,” kata Chakwera dalam pidato nasional.
Chakwera menambahkan bahwa kabinet yang dikonfigurasi ulang akan mengecualikan Menteri Pertanahan Kezzie Msukwa, yang ditangkap bulan lalu dalam kasus suap.
Msukwa dituduh mengambil keuntungan dari kesepakatan tanah yang melibatkan pengusaha Malawi yang berbasis di Inggris.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Ken Kandodo dituduh mengalihkan dana Covid-19 dan Menteri Energi Newton Kambala dituduh ikut campur dalam pemberian kesepakatan impor bahan bakar.
ECM, majelis uskup Katolik Malawi, mengatakan pihak berwenang harus memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang “ditekan, diintimidasi, atau dipengaruhi” dalam mengejar keadilan.
“Jangan ada tersangka, betapapun kuat, kaya atau siapa koneksi mereka, dilindungi atau dilindungi,” kata para uskup.
Malawi adalah salah satu negara termiskin di dunia, dengan hampir tiga perempat penduduknya hidup dengan kurang dari US$ 2 (Rp 28.641) per hari.
Negara di Afrika Selatan itu adalah salah satu negara terkecil di benua yang dilanda banjir, musim kemarau berkepanjangan, hama perusak tanaman, dan pandemi virus corona, membuat 15 persen populasi membutuhkan bantuan pangan.
Meskipun ukuran wilayah kecil, Malawi masuk dalam 10 besar di Afrika dalam hal kepadatan penduduk.
Chakwera dikenal juga sebagai ketua Partai Kongres Malawi (MCP), yang tertua dan terbesar di negara itu dalam Aliansi Tonse yang berkuasa. Dia berjanji akan mencari cara untuk mengembalikan kabinet baru dalam 48 jam ke depan.
Chakwera telah menghadapi peningkatan pemberontakan dari dalam koalisi dengan banyak anggotanya menuduh partainya korupsi, nepotisme dan mendorong negara ke jurang krisis ekonomi.
Keputusan presiden nyaris terjadi setelah penangkapan tiga mantan pejabat partai yang memerintah Partai Progresif Demokratik, termasuk mantan menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut-sebut sebagai penantang utamanya untuk pemilihan yang dijadwalkan pada 2025.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com