Beritasatu.com – Majalah satir Prancis Charlie Hebdo memicu kontroversi di media sosial setelah merilis kartun bergambar Ratu Elizabeth II yang menaruh lututnya di atas tengkuk Meghan Markle, meniru kasus tewasnya warga Amerika Serikat George Floyd.
Edisi dengan sampul kontroversial tersebut terbit Sabtu (13/3/2021) lalu, hanya beberapa hari setelah Meghan dan suaminya Pangeran Harry muncul di wawancara televisi yang menghebohkan dan melontarkan sejumlah tuduhan kepada anggota keluarga kerajaan Inggris.
Salah satunya, ada yang diduga mempertanyakan warna kulit anak pasangan itu ketika Meghan yang berdarah campuran kulit hitam tengan mengandung anak pertamanya.
Mereka tidak menyebut siapa yang melontarkan pernyataan itu, tetapi Pangeran Harry menegaskan bukan Ratu Elizabeth atau suaminya Pangeran Philip.
Meghan juga mengungkap ada keinginan untuk bunuh diri saat terkungkung di dalam istana dan bahwa keluarga kerajaan tidak memberi cukup perlindungan kepadanya.
Edisi majalah dimaksud berjudul: “Kenapa Meghan Keluar dari Buckingham”, dan pada gambar Meghan ada tulisan: "Karena saya tidak bisa bernapas lagi!"
Halima Begum, pemimpin LSM kesetaraan ras Runnymede Trust, mengatakan kartun itu salah sasaran di semua aspek.
"Ratu disamakan dengan pembunuh George Floyd dan menindih leher Meghan? Meghan bilang ia tidak bisa bernapas? [Kartun] ini tidak memotivasi, tidak membuat orang tertawa, dan tidak membuat orang menentang rasialisme. Justru ia melecehkan masalah ini dan menciptakan pelanggaran di semua aspek," tulisnya di Twitter.
Didirikan pada 1970, majalah mingguan Charlie Hebdo yang bermarkas di Paris kerap merilis kartun yang provokatif dan menghantam politisi, tokoh masyarakat, dan simbol-simbol religius.
Pada 2015, dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi menyerbu masuk ke kantor redaksi dan melepas tembakan yang menewaskan 12 orang setelah majalah itu menerbitkan kartun Nabi Muhammad.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNN