Teheran, Beritasatu.com- Presiden Iran Hassan Rouhani pada Rabu (20/1) menyambut gembira kepergian presiden AS yang "tiran", Donald Trump. Seperti dilaporkan AFP, Trump meninggalkan jabatannya untuk memberi jalan bagi Presiden terpilih Joe Biden.
"Satu era tiran telah berakhir dan hari ini adalah hari terakhir dari pemerintahannya yang tidak menyenangkan," kata Rouhani dalam sambutannya di televisi kepada Kabinetnya.
Selama masa kepresidenan, Trump memimpin kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran, menarik Washington keluar dari kesepakatan nuklir penting dengan Teheran pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi hukuman.
"Seseorang yang selama empat tahun hidupnya tidak menghasilkan buah selain ketidakadilan dan korupsi dan menyebabkan masalah bagi rakyatnya sendiri dan dunia," tambah Rouhani.
Sanksi itu menargetkan penjualan minyak vital Iran dan hubungan perbankan internasional, menjerumuskan ekonominya ke dalam resesi yang dalam.
Disepakati antara negara-negara besar dan Iran pada 2015 ketika Biden menjadi wakil presiden di bawah Barack Obama, satu kesepakatan nuklir memberlakukan batasan yang jelas pada aktivitas Iran dengan imbalan keringanan sanksi internasional.
Sejak 2019, Teheran telah menangguhkan kepatuhannya terhadap sebagian besar batas yang ditetapkan oleh perjanjian sebagai tanggapan atas pengabaian pencabutan sanksi oleh Washington dan kegagalan pihak lain dalam kesepakatan untuk menebusnya.
Pilihan Biden untuk menteri luar negeri, pada sidang konfirmasi Senat, Anthony Blinken mengatakan bahwa kebijakan Trump telah membuat Iran "lebih berbahaya".
Blinken membenarkan keinginan Biden agar Washington kembali ke perjanjian nuklir, tetapi mengatakan itu tergantung pada kembalinya Teheran ke kepatuhan ketat dengan komitmennya.
Teheran telah berulang kali meminta Washington untuk mencabut sanksi terlebih dahulu dan menghormati kewajibannya sendiri berdasarkan perjanjian tersebut. Kelak, Iran akan segera kembali ke kepatuhan penuh.
Sumber: Suara Pembaruan