Bangkok, Beritasatu.com- Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menolak seruan dari partai-partai oposisi untuk mengundurkan diri.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Rabu (28/10), pernyataan itu dilontarkan saat sesi dua hari khusus parlemen untuk membahas protes berbulan-bulan yang menuntut pengunduran dirinya dan reformasi monarki yang kuat.
“Saya tidak akan lari dari masalah. Saya tidak akan meninggalkan tugas saya dengan mengundurkan diri pada saat negara memiliki masalah,” kata mantan penguasa militer itu pada sidang Selasa.
Protes yang telah mendorong puluhan ribu orang turun ke jalan sejak pertengahan Juli adalah tantangan terbesar selama bertahun-tahun bagi pemerintah Prayuth.
Istana Raja Maha Vajiralongkorn tidak memberikan komentar sejak dimulainya protes yang telah menghancurkan tabu dalam mengkritik monarki.
Prayuth mengatakan aksi unjuk rasa, yang disebut sebagai protes ilegal, perlu dikendalikan.
"Meskipun rakyat memiliki kebebasan untuk memprotes berdasarkan Konstitusi, pihak berwenang perlu mengendalikan protes ilegal," kata perdana menteri.
Anggota parlemen dari oposisi mengatakan kepada Prayuth untuk berhenti bersembunyi di balik proklamasi kesetiaan kepada monarki dan segera mundur.
Para pengkritik mengatakan Prayuth merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang direbut pada 2014. Sebaliknya Prayuth mengatakan pemungutan suara itu adil.
"Kami tidak ingin melihat bentrokan atau kerusuhan di negara ini," tambahnya, menuduh beberapa pengunjuk rasa melakukan "tindakan yang tidak pantas".
Sumber: Suara Pembaruan