Jakarta, Beritasatu.com – Legenda sepakbola Diego Maradona telah berpulang. Sang pemilik “Tangan Tuhan” itu menghembuskan nafas terakhir pada hari Kamis (26/11/2020) setelah mengalami serang jantung.
Salah satu yang paling dikenal dari Maradona adalah gol kontroversialnya ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986. Gol yang tercipta dengan tangan Maradona itu kemudian dikenal dengan nama gol "Tangan Tuhan”.
Selain Maradona, terciptanya gol tersebut tidak lepas dari peran seorang Ali Bin Nasser, wasit yang memimpin laga tersebut.
Bin Nasser justru merasa bangga dan terhormat bisa membantu Maradona mencetak gol tersebut. Wasit yang kini berusia 76 tahun itu mengatakan dia tidak punya pilihan selain memberikan gol kontroversial tersebut.
"Saya mengingatnya dengan jelas. Bek Inggris (Steve Hodge) menguasai bola, namun bola lambungnya mengarah ke area penalti. Maradona berada di udara bersama Peter Shilton, dan mereka berdua membelakangi saya. Mereka menghadapi asisten wasit saya, Bogdan Dochev.”
"Awalnya saya ragu-ragu, saya melihat ke arah Dochev, yang kembali ke tengah lapangan, mengkonfirmasikan gol. Dia tidak memberi isyarat untuk melakukan handball.”
Menurut Bin Nasser, instruksi yang diberikan FIFA kepada dirinya dan wasit lain sebelum pertandingan sudah jelas. Jika seorang rekan berada dalam posisi yang lebih baik dari wasit utama, maka dia harus menghormati pandangannya.
Meski mendapat protes dari pemain Inggris, Bin Nasser memuji sikap Gary Lineker dan kawan-kawan yang menunjukkan aksi sportif.
"Gary Lineker mendatangi saya dan berkata 'tolong wasit, bola tangan!' Saya menjawab: Silakan bermain!.”
Soal gol spektakuler kedua yang dicetak Maradona, Bin Nasser mengaku ketika itu dirinya merasa begitu takjub. Bin Nasser mengatakan dirinya begitu memperhatikan dengan cermt aksi Maradona ketika membawa bola dari lini tengah. “Ketika Anda menjadi wasit seseorang seperti Maradona, Anda tidak dapat mengalihkan pandangan dari mereka. Mereka (pemain Inggris) mencoba menjatuhkannya pada tiga kesempatan, tetapi keinginannya untuk menang membuatnya (Maradona) terus melaju.
"Setiap kali saya akan meneriakkan 'keuntungan' sampai dia mencapai kotak penalti. Saya melihat dari luar kotak, bertanya-tanya bagaimana pemain ini melepaskan tiga pemain bertahan, dan berlari hampir 50 meter. Saya pikir 'para pemain bertahan akan mencoba menjatuhkannya sekarang'. Saya mengharapkan itu terjadi dan siap untuk meniup peluit untuk penalti. Yang mengejutkan saya, dia menggiring bola melewati bek lain dan penjaga gawang (Peter Shilton) untuk mencetak gol yang akan menjadi 'gol abad ini',” tutur Bin Nasser.
"Saya bangga dan dihormati sebagai pribadi dan sebagai wasit karena telah memainkan peran dalam pencapaian bersejarah itu. Seandainya saya menipu peluit (karena) melakukan pelanggaran di salah satu dari tiga kontak pertama, kami tidak akan menyaksikan sesuatu yang luar biasa. Keuntungan yang saya berikan adalah salah satu pencapaian saya yang paling membanggakan."
Bin Nasser menambahkan bahwa laga perempat final 1986, yang dimainkan di depan hampir 115.000 penggemar di Estadio Azteca di Mexico City itu menjadi puncak kariernya sebagai wasit meski diwarnai keputusannya mengesahkan gol pertama kontroversial Maradona.
Keunggulan 2-0 Argentina kemudian mampu diperkecil Inggris melalui gol Lineker sembilan menit jelang laga berakhir. Inggris bahkan nyaris menyamakan kedudukan.
"Ketika Inggris mencetak gol pertama mereka, saya dalam hati berharap mereka mampu menyamakan kedudukan. Saya ingin menikmati permainan itu selama 30 menit lagi. Itu benar-benar kegembiraan dari awal hingga akhir. Meskipun saat itu panas sekali, saya ingin segalanya terus berjalan. Itu adalah pertandingan yang indah antara dua tim hebat."
Namun pertandingan berakhir untuk kemenangan Argentina 2-1.
Bin Nasser juga mengatakan dirinya mendapatkan kostum dari sang legenda yang ditandatanganinya ketika mereka bertemu kembali pada tahun 2015.
Sumber: BBC